52 Cara sederhana membangun Harga Diri dan Kepercayaan Diri Anak

>> Saturday, December 20, 2008


Menjadi Orang tua adalah pekerjaan yang sulit. Sepertinya banyak sekali tuntutan kita kepada anak, dan harapan-harapan kita terhadap anak sehingga kadang kita “memaksa” anak melakukan apa yang kita inginkan, tanpa memandang, apakah anak sudah siap atau belum.

Buku ini diterjemahkan oleh Eshter S. Mandjani, terbitan Interaksa Batam. Saya tidak menyalin buku ini, baik secara keseluruhan ataupun poin per poin, namun mengulas 3 poin  yang penting dan relevan dengan kepentingan masa depan anak

Tanpa bermaksud untuk tidak mementingkan poin-poin yang lain yang terdapat dalam buku ini, Tiga poin yang akan saya bahan disini adalah poin ke-20, yaitu Kekuatan dalam berkat, Poin ke-41, Pastikan anak Anda memiliki tabungan, dan Poin ke-46, yaitu beri anak ANDA warisan.

  • Poin 20: Kekuatan dalam berkat

Langkah besar dalam perkembangna diri anak ANDA akan muncul bila ia mampu dengan spontan dan murah hati memuji, “memberkati” atau menunjukkan penghargaan bagi orang lain. Inti ia berbuat demikian adalah bahwa “aku berharga”, aku tidak takut bahwa memuji, menghargai, atau mengakui keberhasilan orang lain, akan menghancurkan nilai diriku sendiri.

 Anda tidak dapat mendikte tingkah laku spontan seperti itu kepada anak ANDA, tetapi anda dapat mengamatinya dan memujinya bila ia melakukan hal itu. Contohilah tingkah laku yang ANDA ingin ia lakukan, bermurni hatilah dalam memuji, maka iapun akan berbuat demikian terhadap lingkungannya kelak. Doronglah anak ANDA untuk mengatakan  pada ANDA sesuatu yang baik yang dikatakan atau dilakukan orang lain.

  • Poin 41 : Pastikan anak ANDA memiliki tabungan.

Kami memiliki 2 celengan, yang satu adalah untuk lembaga affiliasi kami, sedangkan yang satu berisi uang pribadi anak saya. Ia tau, jika ia menerima uang lima ratus rupiah warna kuning, ia akan segera memasukkannya ke dalam celengan pribadinya, sedangkan uang Lima ratus rupiah putih, akan ia masukkan ke dalam celengan ayam yang dibagikan lembaga affiliasi kami kepada masing-masing anak untuk disumbangkan.

 Menabung secara teratus mengajari anak menunda keinginan. Anak saya menginginkan otopet pada suatu hari, dan kami mengijinkannya dengan syarat tabungan miliknya sudah penuh. Ia rajin menabung, bahkan tidak lagi minta jajanan, karena ingin otopet. Setelah tabungannya penuh (walaupun masih kurang untuk membeli otopet), kami membukanya dan membelikannya. Ia menghargai otopetnya, kerena ia membelinya sendiri dari tabungannya. Kami mengajarinya disiplin dengan uang.

Saya mengajarinya ke BANK, dan duduk di kursi nasabah untuk menyetor sendiri uangnya, dan ia menerima lembaran bukti setoran. Ia bangga dengan satu kantong plastic uang lima ratusan kuning, dan tellernya pun berkata, “bulan depan dating lagi, ya…” Anak saya senang, ia merasa berharga.

  • Poin 46: Beri anak Anda warisan

Tinggalkan sesuatu untuk anak ANDA. Seorang anak yang menerima warisan adalah seorang anak yang tahu bahwa orang tuanya berpikir tentang masa depannya, mempertimbangkan perasaannya, dan menyatakan cinta mereka padanya bahkan setelah mereka meninggal. Seorang anak yang tidak termasuk dalam daftar warisan orang tuanya akan merasakan  nyeri yang benar-benar tidak dapat dilenyapkan, yaitu bahwa orang tuanya tidak memperdulikannya.

Warisan tidaklah harus berupa uang, bias berupa barang-barang pusaka, rumah, atau sesuatu yang bernilai lainnya dalam artian secara emosional, bukan secara materi.

Namun, perencanaan secara materipun diperlukan, karena anak-anak tetap harus maju jika orang tua meninggal. Maka, rencanakanlah ! Putuskan apa yang akan ANDA tinggalkan bagi anak-anak ANDA.

 

0 comments:

  © Blogger template Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP