Bekerja Untuk APA dan SIAPA ?
>> Sunday, June 21, 2009
Seorang teman lama, kini tinggal dan menjadi warga negara Belanda. Kami bertemu lewat Facebook, setelah 15 tahun. Ia menjadi seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak laki-laki yang sangat sehat dan lucu.
Ketika ia mengetahui pekerjaan saya, ia langsung bercerita, bahwa di Belanda sana, setiap anak yang lahir diwajibkan untuk sesegera mungkin diasuransikan, kesehatan maupun pendidikan. Mengapa? Karena biaya kesehatan sangat mahal, dan juga pemerintah Belanda tidak menginginkan generasi mudanya kelak tidak terjamin pendidikan, karena pendidikan yang tepat merupakan dasar terbentuknya suatu negara yang lebih baik, pengurangan pengangguran, dan mengurangi biaya pemerintah untuk menyantuni fakir miskin.
Teman saya yang lain, yang juga tinggal di Belanda, dan telah berkeluarga dan memiliki anak meralat, bahwa anak-anak tidak diwajibkan untuk di Asuransikan di Belanda. Bahkan, anak-anak secara otomatis tidak usah membayar premi asuransi pendidikan dan kesehatan. Semua diberikan secara cuma-cuma, sampai dengan anak-anak berusia 18 tahun. Dan jika mereka memasuki universitas, mereka diberikan uang bulanan .
Well. Sangat bertolak belakang. Namun, Apapun cerita para ibu ini, ada satu sisi positif yang sangat jelas, yaitu bahwa pemerintah Belanda sangat memperhatikan kesehatan dan nasib pendidikan anak-anak bangsa mereka.
------
DI Indonesia, pemerintah belum terlalu memperhatikan masalah ini, mungkin masih terlalu sibuk mengurusi perbaikan ekonomi, harga beras, BBM, dan hal-hal yang bertujuan untuk memulihkan keadaan perekonomian bangsa.
Namun sebenarnya, daya beli masyarakat Indonesia terbilang tinggi, terbukti dengan laris manis produk-produk luar yang masuk ke Indonesia. Masyarakat kita, cenderung agak lebih berminat mengikuti trend pasar yang disodorkan negara-negara lain, dengan berbagai alasan. Terkadang hal yang pokok seperti yang dipikirkan pemeritah Belanda kita lupakan.
Setiap orang wajib bekerja, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pergaulan, komunikasi, berinteraksi dengan banyak orang, rekreasi, dan mengenal hal demi hal yang tentu saja memerlukan cost. Namun terkadang kita kurang menyadari, bahwa diri pribadi kita adalah hal yang paling berharga, yang harus kita jaga dan lindungi dari segala resiko yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kebutuhan-kebutuhan di atas tidak dapat dinikmati.
Kesehatan, misalnya. jika kita sakit, tentu saja daya kerja kita akan menjadi menurun, bahkan harus mengeluarkan tambahan cost untuk sesuatu yang kita tidak senangi, yaitu biaya pengobatan, yang sepenuhnya harus kita tanggung sendiri. Demikian juga masa depan anak-anak kita, jika kita sudah pensiun dan sudah tidak produktif, maka kita tidak memiliki income untuk memenuhi gaya hidup kita, terlebih jika kita meninggal (tentu semua orang akan mengalaminya), dan jika pada saat itu anak-anak kita masih menempuh pendidikan, maka mereka akan terancam putus sekolah.
Kita tidak bisa mengandalkan pemerintah untuk menangani masalah ini. Bayangkan, dalam satu hari ada 10 penduduk Indonesia yang meninggal dunia dengan meninggalkan dua orang anak yang masih sekolah, maka kemungkinan ada 20 anak yang terancam putus sekolah dan menjadi pengangguran atau menjalani hidup dengan serba kekurangan. Bayangkan lagi, jika itu terjadi selama sebulan.
Maka, tidaklah rugi untuk mulai memikirkan asuransi kesehatan, pendidikan, dan pensiun, yang tentu akan membantu kehidupan di masa datang, bagi diri sendiri dan anak-anak kita.
Asuransi mahal? Tidak. Mahal itu sangatlah relatif. Katakanlah dengan 5 tahun kita membayar program asuransi (tidak seperti cicilan rumah, kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan pendidikan yang continue), maka kita dapat menikmati pensiun, mendapatkan tambahan untuk menyekolahkan anak-anak sampai ke jenjang yang kita inginkan, dan keluarga kita mendapat santunan kapanpun kita meninggal kelak, karena program asuransi biasanya berlaku hampir seumur hidup, sekitar sampai usia kita 88 tahun.
Maka, apapun profesi kita, nelayan, wiraswasta, guru, karyawan, ibu rumah tangga, pedagang, dan lain-lain, baiklah kita mengandalkan diri kita sendiri untuk menjamin kehidupan kita dan keluarga kita di masa mendatang. Tetapkan, apa tujuan kita bekerja, untuk apa, untuk siapa.
=============
gambar diambil dari:
http://www.satudunia.net/
http://www.detiknet.com/
http://bulletinmetropolis.com/
http://wiraswasta.net/
Ketika ia mengetahui pekerjaan saya, ia langsung bercerita, bahwa di Belanda sana, setiap anak yang lahir diwajibkan untuk sesegera mungkin diasuransikan, kesehatan maupun pendidikan. Mengapa? Karena biaya kesehatan sangat mahal, dan juga pemerintah Belanda tidak menginginkan generasi mudanya kelak tidak terjamin pendidikan, karena pendidikan yang tepat merupakan dasar terbentuknya suatu negara yang lebih baik, pengurangan pengangguran, dan mengurangi biaya pemerintah untuk menyantuni fakir miskin.
Teman saya yang lain, yang juga tinggal di Belanda, dan telah berkeluarga dan memiliki anak meralat, bahwa anak-anak tidak diwajibkan untuk di Asuransikan di Belanda. Bahkan, anak-anak secara otomatis tidak usah membayar premi asuransi pendidikan dan kesehatan. Semua diberikan secara cuma-cuma, sampai dengan anak-anak berusia 18 tahun. Dan jika mereka memasuki universitas, mereka diberikan uang bulanan .
Well. Sangat bertolak belakang. Namun, Apapun cerita para ibu ini, ada satu sisi positif yang sangat jelas, yaitu bahwa pemerintah Belanda sangat memperhatikan kesehatan dan nasib pendidikan anak-anak bangsa mereka.
------
DI Indonesia, pemerintah belum terlalu memperhatikan masalah ini, mungkin masih terlalu sibuk mengurusi perbaikan ekonomi, harga beras, BBM, dan hal-hal yang bertujuan untuk memulihkan keadaan perekonomian bangsa.
Namun sebenarnya, daya beli masyarakat Indonesia terbilang tinggi, terbukti dengan laris manis produk-produk luar yang masuk ke Indonesia. Masyarakat kita, cenderung agak lebih berminat mengikuti trend pasar yang disodorkan negara-negara lain, dengan berbagai alasan. Terkadang hal yang pokok seperti yang dipikirkan pemeritah Belanda kita lupakan.
Setiap orang wajib bekerja, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pergaulan, komunikasi, berinteraksi dengan banyak orang, rekreasi, dan mengenal hal demi hal yang tentu saja memerlukan cost. Namun terkadang kita kurang menyadari, bahwa diri pribadi kita adalah hal yang paling berharga, yang harus kita jaga dan lindungi dari segala resiko yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kebutuhan-kebutuhan di atas tidak dapat dinikmati.
Kesehatan, misalnya. jika kita sakit, tentu saja daya kerja kita akan menjadi menurun, bahkan harus mengeluarkan tambahan cost untuk sesuatu yang kita tidak senangi, yaitu biaya pengobatan, yang sepenuhnya harus kita tanggung sendiri. Demikian juga masa depan anak-anak kita, jika kita sudah pensiun dan sudah tidak produktif, maka kita tidak memiliki income untuk memenuhi gaya hidup kita, terlebih jika kita meninggal (tentu semua orang akan mengalaminya), dan jika pada saat itu anak-anak kita masih menempuh pendidikan, maka mereka akan terancam putus sekolah.
Kita tidak bisa mengandalkan pemerintah untuk menangani masalah ini. Bayangkan, dalam satu hari ada 10 penduduk Indonesia yang meninggal dunia dengan meninggalkan dua orang anak yang masih sekolah, maka kemungkinan ada 20 anak yang terancam putus sekolah dan menjadi pengangguran atau menjalani hidup dengan serba kekurangan. Bayangkan lagi, jika itu terjadi selama sebulan.
Maka, tidaklah rugi untuk mulai memikirkan asuransi kesehatan, pendidikan, dan pensiun, yang tentu akan membantu kehidupan di masa datang, bagi diri sendiri dan anak-anak kita.
Asuransi mahal? Tidak. Mahal itu sangatlah relatif. Katakanlah dengan 5 tahun kita membayar program asuransi (tidak seperti cicilan rumah, kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan pendidikan yang continue), maka kita dapat menikmati pensiun, mendapatkan tambahan untuk menyekolahkan anak-anak sampai ke jenjang yang kita inginkan, dan keluarga kita mendapat santunan kapanpun kita meninggal kelak, karena program asuransi biasanya berlaku hampir seumur hidup, sekitar sampai usia kita 88 tahun.
Maka, apapun profesi kita, nelayan, wiraswasta, guru, karyawan, ibu rumah tangga, pedagang, dan lain-lain, baiklah kita mengandalkan diri kita sendiri untuk menjamin kehidupan kita dan keluarga kita di masa mendatang. Tetapkan, apa tujuan kita bekerja, untuk apa, untuk siapa.
=== Inspiring you a better life ===
=============
gambar diambil dari:
http://www.satudunia.net/
http://www.detiknet.com/
http://bulletinmetropolis.com/
http://wiraswasta.net/